Senin, 31 Oktober 2016

essai santri

KIPRAH DAN TANTANGAN SANTRI DI ERA DIGITAL

Santri dalam “Hubbul wathan minal iiman”
Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. [1]Jika mendengar kata pesantren, maka hal pertama yang terfikirkan adalah kata santri. Panggilan bagi seseorang yang berada di suatu pesantren dengan tujuan mencari ilmu agama islam dalam kurun waktu tertentu dengan kehidupan yang serba sederhana, serta dipimpin oleh seorang alim, atau yang lebih dikenal dengan sebutan kyai, inilah pengertian santri. “Santri, berdasarkan peninjauan tindak langkahnya adalah orang yang berpegang teguh dengan al- qur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW serta teguh pendirian.ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan diubah selama – lamanya dan Allahlah yang maha mengetahui atas kebenaran sesuatu dan kenyataannya.” (al Maghfur Lahu  KH. Hasani Nawawie, pengasuh pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur)[2]
Seperti yang telah lazim kita ketahui, bahwa Indonesia dikenal sebagai negara berpenduduk islam terbesar di dunia, hal ini terbukti dengan berdirinya banyak pondok pesantren di setiap penjuru negeri ini, dari daerah perkotaan hingga daerah terpencil sekalipun, pondok pesantren tersebar di setiap wilayah di Indonesia  dan ini yang patut kita banggakan sebagai seorang muslim,  Karena sebutan “penduduk islam terbanyak di dunia” bukan hanya sekedar label semata, tapi benar – benar terealisasikan dengan adanya pesantren – pesantren tersebut. Bahkan kemerdekaan negeri ini tak lepas dari jasa dan kiprah para santri, karena pejuang – pejuang kemerdekaan Indonesia adalah mayoritas muslim, seperti bung Tomo, pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, bahkan ada salah seorang ulama besar Indonesia yaitu  KH.Hasyim ‘Asyari, beliau bersama ulama – ulama lain diikuti oleh ribuan santri bersatu membentuk suatu kekuatan  besar yang terkumpul dalam perkumupulan bernama hizbullah, organisasi ini menunjukkan eksistensi santri dalam kiprahnya melawan penjajah. Semboyan hubbul wathan minal iman menjadi landasan para santri untuk berani berjihad demi merdekanya negeri ini, merekalah para pejuang agama Allah yang terdiri dari para santri yang siap mengorbankan semua yang ia miliki untuk  kemerdekaan Indonesia. Dan masih banyak lagi santri – santri negeri ini yang berjuang untuk tegaknya agama Islam.
Sehingga pada masa itu peran santri memang sangat penting terlebih untuk kemerdekaan Indonesia, sampai ada ungkapan bahwa negeri ini adalah warisan para ulama. Tapi memang benar adanya ungkapan tersebut, ulama dan santri adalah kaum penggagas tegaknya negeri Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, santri harus mampu meneruskan perjuangan para ulama terdahulu yang sudah berusaha sampai titik darah penghabisan untuk merdekanya negeri Indonesia. Tidak harus dengan berperang, karena jihad tidak selalu diartikan dengan perang, dengan berusaha menjadi santri yang berinteletual juga merupakan  salah satu cara meneruskan perjuangan para ulama terdahulu.
Tantangan santri dalam dunia modernisasi
Seiring berjalannya waktu, peran santri dan ulama justru menunjukan eksistensi yang semakin lemah, hal ini bisa terjadi karena tergerus oleh modernisasi zaman ini. kehidupan yang serba canggih dan instan,menuntut para santri untuk mampu mengikuti dan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Namun, banyak santri terutama yang tinggal di pesantren salafiy, masih sangat awam dengan kecanggihan teknologi saat ini, padahal untuk bisa menegakkan Islam mereka harus bisa menguasai teknologi tersebut, jangan sampai kalah bersaing dengan kaum – kaum modern yang sudah mampu menguasai dunia dengan kecanggihan teknologi. jika santri tidak mau bergerak menuju perubahan yang lebih baik, maka agama Islam dan negeri ini akan berada diambang keruntuhan.
Semua tradisi islam yang telah turun temurun diwariskan para santri dan ulama zaman dahulu sedikit demi sedikit telah terkontaminasi oleh canggihnya teknologi abad ini, kitab yang menjadi pegangan santri dalam mengkaji ilmu Islam sudah tergantikan oleh canggihnya aplikasi dari internet yang menyediakan situs – situs berisi kitab – kitab kuning, sehingga peran kitab kuning sebagai pegangan santri lama kelamaan mulai musnah, dan itu pun tidak hanya terjadi pada kitab kuning saja, bahkan Al –Qur’an yang merupakan kitab suci pegangan setiap muslim,  sekarang ada yang tersedia dalam bentuk aplikasi, dan ini dikhawatirkan mushaf Al – Qur’an juga akan ikut tergerus teknologi. Lagu – lagu religi dan Qosidah yang identik dengan agama Islam pun sekarang mulai tergerus oleh adanya lagu anak muda yang bergenre pop, reggae, RnB dan sebagainya. Untuk mengkaji ilmu agama islam tidak perlu sulit – sulit dengan belajar di pondok pesanatren atau mendatangi kyai ke rumahnya, karena di internet sudah tersedia berbagai ilmu agama Islam yang bisa didapatkan secara mudah. Sampai – sampai ada yang beranggapan bahwa mesin pencari di Internet terbesar yang biasa disebut Google itu adalah guru atau kyai santri. Ini kejadian miris yang real terjadi di kehidupan santri, padahal tidak semua sumber dari internet adalah benar adanya. Harus bisa selektif mengambil sumber – sumber dari internet, karena semua sumber – sumber itu secara bebas masuk internet tanpa proses seleksi terlebih dahulu.
Pengaruh kecanggihan teknologi terhadap kehidupan pesantren tidak hanya berubah secara material namun juga secara substansi, yaitu dalam sistem pendidikan, sistem pendidikan pesantren terlebih untuk pesantren salafiy masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Sistem pendidikan pesantren ketika dinilai melalui parameter modernisasi selalu dipandang negatif karena terlalu mempertahankan tradisi dan kurang tanggap terhadap perkembangan dan perubahan zaman.[3] Ini menjadi tantangan bagi pesantren sebagai lembaga pendidikan islam yang sampai saat ini masih mempertahankan nilai – nilai tradisionalnya di tengah hingar bingarnya modernisasi. Namun, walau demikian pesantren tetap memiliki nilai kelebihan dan kekurangan, yang nilai kelebihannya ini mampu memberikan pengaruh bagi masyarakat untuk mau menyekolahkan anak – anak mereka di pesantren. Dengan mengenyam pendidkan di pesantren para santri akan lebih mudah berkomunkasi dengan pengajar secara intensif, karena mereka hidup dalam satu lingkup. Dengan hidup di pesantren akan lebih mudah mengkontrol kegiatan santri. Selain itu, ibadah santri yang merupakan kewajibannya sebagai seorang muslim akan lebih terpantau karena di pesantren pun  ada peraturan yang harus ditaati oleh setiap santri, meskipun pada akhirnya semua tergantung pada individu masing – masing.
Sekarang ini kecenderungan masyarakat telah berubah padahal output pesantren tidak banyak berubah, karena pokok permasalahannya bukan terletak pada potensi santri lulusan pesantren yang tidak pandai, melainkan pergeseran ukuran.[4] Banyak tantangan yang harus dihadapi santri saat ini, yaitu kemajuan berupa pembaharuan, pembangunan, globalisasi dan kemajuan – kemajuan lain abad ini. Dengan adanya tantangan ini, pesantren sebagai lembaga pencetak santri, tidak bisa bersikap isolatif terhadap setiap perkembangan yang muncul, agar eksistensi pesantren tidak  pudar karena kurangnya kecenderungan masyarakat terhadap output pesantren yang belum bisa memaksimalkan kecanggihan teknologi. Dengan demikian, pesantren perlu melakukan pembaharuan yang bisa mengimbangi kemajuan zaman, tetapi materi pembaharuannya harus terlebih dahulu diseleksi secara ketat berdasarkan parameter ajaran – ajaran islam.[5] Pembaharuan ini juga harus dilakukan dengan kreatif dan inovatif sehingga nilai – nilai tradisional yang menjadi ciri khas pondok pesantren, khusunya pondok salafiyah tidak akan hilang.
Kiprah santri untuk perubahan dunia
Sebagai santri, perkembangan teknologi yang semakin digital ini harus dikuasainya dengan baik, karena ini juga akan menyangkut eksistensi pesantren dalam mencetak kader – kader penerus bangsa yang cerdas dan terampil. Perkembangan teknologi ini menjadi tantangan tersendiri bagi santri, bahwa mengikuti dan menguasai kecanggihan teknologi adalah suatu keharusan. jika ingin menjadikan Islam dan Indonesia dua sisi yang bisa berjalan beriringan. Mereka harus mampu menunjukkan bahwa lulusan pondok pesantren juga mampu menjadi agent of change untuk Indonesia, agama Islam bahkan dunia. Dalam mempersiapkan masyarakat madani yang beruhkan keislaman, tantangan yang dihadapi justru semakin besar. Oleh karena itu, pesantren diharapkan mampu menyiapkan kualitas masyarakat islam yang bisa menyeimbangkan kualitas agama dan kemodernisasian.
Peran santri yang mulai pudar  di era modern ini, harus dikembalikan lagi seperti peran santri saat zaman kemerdekaan dulu. Dimana santri sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Menjadi santri merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan tersendiri, kebanggaan menjadi santri karena mereka mendapatkan dua manfaat sekaligus yang tidak dimiliki oleh pelajar lain, mereka mendapatkan ilmu pengetahuan umum yang menjadi modal mereka menggenggam dunia, namun ilmu umum saja tidak cukup untuk menggenggam dunia, karena ilmu tanpa dibarengi agama bagaikan mengisi air di wadah yang berlubang, bentuk kesia – siaan dan pastinya bukan menajadi ciri seorang santri. Dengan agama pula diri akan terjaga dari segala hal yang hanya berorientasi pada kehidupan dunia.Oleh karena itu, selain belajar ilmu pengetahuan umum, seorang santri juga belajar tentang agama, mulai dari fiqih, aqidah, sejarah islam, gramatikal bahasa arab, balaghah dan sebagainya. Ini yang menjadi nilai tambah seorang santri. Sedangkan menjadi santri merupakan bentuk tantangan, karena santri dituntut mampu menguasai perkembangan zaman yang semakin canggih ini. Santri dituntut bukan hanya sekedar paham ilmu agama namun juga ilmu teknologi seperti saat ini. Tak bisa dipungkiri bahwa agama dan teknologi harus bisa berjalan beriringan, secara otomatis ini menjadi tugas para santri dalam misi menyebarluaskan agama Islam di tengah gemerlapnya zaman ini.






[1] Qomar, Mujamil.2002.pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi.Erlangga:Jakarta,hlm 2
[2] Santri.net/informasi/pesantren-indonesia
[3] Ibid hlm 82
[4] Ibid hlm 73
[5] Ibid, hlm 75

Jumat, 16 September 2016

mahasantri dan modernisasi



MAHASANTRI KORBAN PERBUDAKAN TEKNOLOGI
Tantangan mahasantri
Bicara tentang digital, memang tidak akan akan ada habisnya, digital adalah sesuatu yang asyik untuk diperbincangkan, bagaimana tidak ? sadar atau tidak, kita telah diperbudak oleh digital, hampir seluruh kehidupan kita, pasti selalu berhubungan dengan digital.
Sebagai mahasantri saya juga mendapatkan banyak manfaat dari maraknya teknologi di era modern ini, saya sangat terbantu dalam mengerjakan tugas – tugas saya, terbantu dalam mengupdate informasi terbaru bahkan terbantu ketika akan bepergian ke suatu tempat. Ini semua tak lepas dari adanya digital saat ini. Disamping sisi positif yang saya dapatkan, ternyata banyak juga sisi negatif yang saya dapatkan, dan saya rasa dampak negatif itu juga yang dirasakan kita semua sebagai pengguna kecanggighan digital. Apalagi seorang mahasantri, yang telah mendapatakan keilmuwan lebih, yang berupa ilmu umum di perkuliahan juga ilmu agama yang telah diajarkan di pesantren, seharusnya mahasantri memiliki tingkat pemikiran yang lebih kritis terhadap perkembangan zaman ini dibandingkan dengan mahasiswa lain yang notabene hanya mengikuti pembelajaran di kuliah secara umum.tapi bagaimana yang terjadi dengan para mahasantri ? saya sebagai mahasantri juga ikut perihatin dengan kenyataan yang terjadi era digital ini, namun inilah yang menjadi tantangan bagi saya dan para pengguna digital lain. Bagaimana kita bisa menjadi mahasiswa berhati pesantren namun berwawasan digital. Ini pula yang sedang saya perjuangkan, berusaha membentengi diri saya dan mampu memfilter apa pun dari dampak digital ini, melihat begitu besar dampak digital yang benar – benar telah merubah pola hidup dan pemikiran saya, dan saya rasa ini pula yang harus dilakukan para mahasiswa lain.
Berbicara pula tentang mahasantri dan tantangannya, maka tak akan lepas dari pembahasan kampus UIN Sunan Ampel surabaya yang telah mengalami konversi dari IAIN menjadi UIN, ini tentunya akan memberikan tantangan yang lebih besar  bagi UIN di tengah – tengah cepatnya arus perubahan zaman dan peradaban yang sedemikian rupa ini, dibutuhkan kerja yang sangat berat dan berkesinambungan, hal ini karena tuntutan zaman selalu berubah sejalan dengan perubahan peradaban manusia . setelah menjadi universitas islam negeri maka integrasi ilmu agama dan ilmu umum menjadi hal yang penting dilakukan, dan disinilah partisipasi mahasantri diperlukan, mahasantri diharapkan mampu memberikan  sumbangsih lebih bagi universitas terlebih universitas islam.
Korban perbudakan digital
Saya telah merasakan sendiri, bagaimana digital itu mampu menguasai dan memperbudak saya, betapa saya sangat bergantung dengan teknologi digital ini. Bahkan moment – moment penting dalam hidup saya, terabaikan hanya karena sudah terhipnotis dengan keindahan dan kecanggihan benda ini.
Digitallah yang telah  menguasai semua aspek kehidupan kita, ya, semuanya, mulai dari pendidikan, perdagangan, transportasi bahkan hingga keagamaan. Ini yang harus kita waspadai, sebagai mahasantri harusnya kita mampu menjunjung tinggi nilai – nilai keislaman kita, jangan sampai kita terlena dengan segala tipuan kehidupan digital. Sekarang banyak masyarakat yang telah terpengaruh dengan sosmed yang merupakan salah satu dari bentuk teknologi di era digital ini, kementerian komunikasi dan informatika mengungkapkan sekitar 63 juta masyarakat indonesia menggunakan internet, dan sebanyak 95 % penggunannya untuk sosial media yakni facebook dan twitter  bahkan Indonesia menempati posisi keempat pengguna facebook terbanyak setelah USA, Brazil, dan India. Sedangkan twitter peringkat kelima setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris (http:/m.republika.co.id/berita/trendtek/internet/13/10/30). Itu merupakan gambaran tentang bagaimana minat masyarakat Indonesia terhadap hasil dari kecanggihan teknologi kini. Apalagi seiring berjalannya waktu teknologi semakin menunjukan eksitensinya dengan memberikan pembaruan dengan banyak perubahan – perubahan canggihnya. Salah satunya adanya sistem android, yang sudah menyebarluas pada  setiap smartphone maupun gadget. Dan alat komunikaasi ini sudah tak asing lagi ditelinga kita. Tak memandang usia, dari anak SD sampai para ibu rumah tangga, hingga nenek – nenek sudah mengenal alat komunikasi ini, apalagi dengan berbagai kecanggihan – kecanggihan yang ditawarkan sehingga kita bisa mempermudah dalam melakukan komunikasi.
Saat saya pulang ke rumah, maka saat itulah saya benar – benar memanfaatakn waktu bersama keluarga sebaik – baik mungkin, saya usahakan agar bisa menghabiskan sepanajnag hari bersama orang – orang tersayang di rumah. Namun,apa yang terjadi ? semua yang saya rencanakan tidak bisa terlaksana.saya malah sibuk dengan smartphone yang saya pegang, sibuk menjelajah dunia digital yang penuh dengan kecanggihan, saat bapak saya memberi nasihat pada saya, benar saya menunduk  dan mendengarkan, tapi apa yang saya lakukan, lagi – lagi masih berkutat dengan smartphone. Saat membantu ibu di dapur, apa yang saya pegang selain pisau dan sendok ?ya, lagi – lagi smartphone, saat saya bertemu dengan teman – teman lama saya, benar kami duduk bersama dalam satu tempat, hanya bebrapa menit kami bercerita dan tertawa ria, namun pada menit berikutnya hingga jam beikutnya, saya dan teman – teman saya terdiam, apa yang kami lakukan ? yaa,, sibuk dengan smartphone masing – masing. Lihat ! betapa mudahnya teknologi mampu memperbudak pemakainya, sehingga telah menyita moment – moment penting dalam hidup kita, apalagi moment bersam keluarga, lihat ! betapa hampir seluruh dari hidup kita, habis untuk menyusuri kehidupan digital ini. Saya sadar akan hal tersebut, tapi sayangnya terasa sulit untuk tidak berkutat dengan itu semua.
Hal yang sama juga terjadi saat saya berada di kampus, tak memandang waktu, tempat bahkan kondisi, setiap mahasiswa termasuk diri saya sendiri pasti sibuk sendiri dengan smarthphone masing – masing, hingga saat berada di kelas dan guru sedang menjelaskan, dengan santainya para mahasiswa bermain dengan alat komunikasi era digital ini.
Sebagai mahasantri, saya juga mengalami hal yang sama saat berada di asrama, dimana seluruh kegiatan di asrama tak lepas dari campur tangan teknologi digital yang semakin marak ini. Yang menjadi perhatian lebih adalah ketika beribadah pun masih saja berhubungan dengan alat digital ini, padahal saat beribadah adalah saat – saat kita berada dekat dengan allah, kita mengadu dan memohon kepada-NYA, tapi  kita malah seakan tidak memiliki sopan santun dan rasa tawadhu’ kepada Allah SWT. Bukan hanya dalam sholat, bahkan dalam ibadah lain pun juga demikian, mengaji, berdzikir atau bersholawat pasti selalu berhubungan dengan teknologi digital, dan ini mengganggu kekhusyuan seseorang untuk bisa mendekatkan diri pada rab-Nya.
Kenyataan yang terjadi ini menjadi cambuk bagi kita, khususnya para mahasantri, bagaimana mahasantri dapat memberikan contoh yang baik bagi mahasiswa lain, ditengah maraknya kecanggihan teknologi di era serba  digital ini. Seperti yang terdapat pada lirik lagu hymne UIN Sunan Ampel“integrasi keilmuwan mengembangakan keislaman” itu yang dijadikan motto mahasiswa uinsa terlebih para mahasantri di UIN Sunan Ampel yang seharusnya mampu menyeimbangkan antara keilmuwan agama dan umum.

Sabtu, 06 Agustus 2016

analisis mubtada' khobar



ANALISIS MUBTADA’ KHOBAR PADA SURAH YASIN AYAT 30 - 40

Bagi - bagi ilmu tentang makalah dengan judul "analisis mubtada' khobar pada surah yasin ayat 30 - 40" semoga bermanfaat :)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Bahasa  merupakan sebuah disiplin ilmu, yang tidak kalah penting dengan ilmu lainnya. Dan yang dipakai dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa arab, dan didalam kajian bahasa arab tersebut terdapat kaidah – kaidah yang digunakan dalam mempelajari bahasa arab.
Kaidah yang dimaksud disini adalah berupa tata bahasa atau gramatika bahasa arab, atau kita mengenalnya dengan sebutan ilmu semantik dan morfologi. Ilmu – ilmu itu sangat penting untuk mempelajari bahasa arab, karena  tanpa ilmu – ilmu, kajian gramatika bahasa arab akan terasa sulit, karena memang itu adalah ilmu dasar yang harus dipelajari  dalam gramatika bahasa arab.
Dalam penelitian ini, akan membahas tentang ilmu semantiknya, atau bahasa populernya disebut dengan ilmu nahwu, karena jika ingin mahir dalam berbahasa arab, maka harus bisa menguasai ilmu ini, ilmu ini merupakan ilmu dasar yang harus dipelajari sebelum belajar bahasa arab lebih jauh, mampu berbicara dengan bahasa arab pun, tetap harus paham dengan ilmu ini, karena jika tidak, maka pemahaman bahasa arab pun hanya sekedar bisa, namun tidak sesuai dengan kaidah atau aturan – aturan berbahasa arab. Dan akibatnya fatal. Karena bisa merubah arti lafadz tersebut, sehingga kesalahan dalam pemahaman.
Jika dalam bahasa indonesia kita mengenal subjek dan predikat. Adanya subjek dan predikat sangat diperlukan dalam suatu kalimat, karena itu merupakan unsur yang membangun sebuah kalimat sehingga bisa terbentuk kalimat yang sempurna dan bisa dipahami. Dan itu pun juga berlaku dalam bahasa arab, jadi kaidah bahasa arab yang paling dasar yaitu bisa mengetahui adanya subjek dan predikat, atau dalam bahasa arab dinamakan mubtada’ dan khobar.
Mubtada’ khobar sangat diperlukan untuk bisa mengetahi makna dan terjemah suatu kalimat, dalam penelitian ini penulis ingin mempraktekan penerapan mubtada’ khobar dalam surah dalam al qur’an, yakni surah yasiin. Sehingga didapat pemahaman makna dan susunan kalimatnya sesuai dengan ilmu nahwu, apalagi surah yasiin mempunyai banyak faedah bagi siapa yang istiqomah membacanya. sehingga jika mampu menelaah maknanya dengan baik dengan cara mengetahui mubtada’ khobarnya, maka akan tercipta pemahaman yang baik.
1.2  rumusan masalah
1.      bagaimana cara mengetahui mubtada’ khobar dalam surah yaasin ?
2.      bagaimana mubtada’ khobar yang ada dalam surah yasiin ?
1.3  tujuan
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya mubtada’ dan khobar dalam surah yasiin ayat 30 – 40 sehingga mampu menerapkan ilmu nahwu dalam membaca dan memahami al-qur’an.
1.4  manfaat
·         mampu menerapkan ilmu nahwu dalam setiap bidang ilmu berbahasa arab.
·         Dapat megetahui kemampuan diri dalam pemahaman tentang ilmu nahwu.
·         Mengetahui makna dan kedudukan lafadz – lafadz al – qur’an dalam surah yasiin.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1   Pengertian mubtada’ dan khobar
Mubtada’ adalah ism marfu’ yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khobar adalah ism marfu’ yang dimusnadkankepada mubtada’.[1] . atau dalam bahasa indonesia bisa disebut dengan subjek dan predikat.
2.2  Pembagian mubtada’
Mubtada’ dibagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada’ yang dhohir dan mubtada’ yang mudhmar (dhomir).[2] mubtada’ yang mundhmar atau (ism dhomir) ada 12 yaitu
هو
Dia (laki – laki)
هما
Mereka berdua (laki-laki/perempuan)
هم
Mereka semua (laki-laki)
هي
Dia (perempuan)
هنّ
Mereka semua (peremupuan)
انتَ
Kamu (laki-laki)
انتما
Kamu berdua (laki-laki/perempuan)
انتم
Kalian (laki-laki)
انتِ
Kamu (perempuan)
انتنّ
Kalian (perempuan)
انا
Saya
نحن
Kami atau kita


Contoh : انا قائم (saya berdiri)
انا berkedudukan sebagai mubtada’ yang dirofa’kan, dan tanda rofa’nya adalah mabni sukun,sedangkan lafadz  قائم menjadi khobarnya, di rafa’kan dan tanda rafa’nya dengan dhomah. Jadi, mubtada’ itu bisa berupa ism yang dzohir maupun ism yang dhomir, namun tidak boleh menggunakan ism dhomir yang mutashil, seperti dalam nadhom :
ولا يجوز الإبتدا بما اتّصل # من الضّمير بل بكلّ ما انفصل
انا و نحن انتَ انتِ انتما # انتنّ انتم وهو وهي هم هما
Tidak diperbolehkan membuat mubtada’ dengna menggunakan ism dhamir muttashil, tetapi diperbolehkan dengan setiap dhomir yang munfashil. Diantaranya  انا نحن انتَ انتِ انتما   انتنّ انتم هو  هي هم هما. [3]
2.3  Pembagian khobar
Khobar ada 2 bagian, yaitu khobar mufrad dan ghoiru mufrod. [4]
1.      Khobar mufrod
Yaitu khobar yang bukan berupa kalimat dan juga bukan menyerupai jumlah. Contoh : زَيْدٌ قَائِمٌ
Keduanya adalah ism mufrad, juga bisa dikatakan khobar mufrod jika mubtada’ dan khobar itu terdiri dari ism rtasniyah atau jama’, contoh :
    الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ atau الزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ [5]
2.      Khobar ghoiru mufrod
Yaitu khobar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah (mubtada’ khobar lagi ) atau jumlah fi’liyah ( berupa fi’il dan fa’il). Khobar ghori mufrod ada empat macam, yaitu : 1. Jar majrur 2. Dhorof 3. Fi’il beserta fa’ilnya 4. Mubtada’ beserta khobarnya.[6]
Contoh :
امي في المطبخِ  = ibuku di dapur
امي berkedudukan sebagai mubtada’sedangkan في المطبخِ sebagai khobar yaitu berupa susunan jar majrur.khobar yang dibuat dari jumlah mubtada’ dan khobar, atau terdiri dari fi’il dan fa’il disebut khobar jumlah. Adapun khobar yang terdiri dari jar dan majrur atau dhorof disebut syibhul jumlah, karena jar majrur dan dhorofnya itu bukan menjadi khobar yang sebenarnya.[7]
2.4  Surah yasiin
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (30)
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لا يَرْجِعُونَ(31)
وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ(32)
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ(33)
وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ(34)
لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ(35)
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ(36)
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ(37)
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (38)
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ(39)
لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ(40)


2.5 Manfaat Surah Yasin (Yaasiin)
  1. Menurut sabda Nabi Muhammad saw, siapa membaca surah Yaasiin(Yasin) satu kali, sama dengan membaca Alqur’an sampai khatam (selesai) sepuluh kali, siapa membiasakan membaca surah Yaasiin setiap malam sampai mati, maka termasuk mati syahid.
  2. Jika dibaca pada waktu pagi, maka memperoleh kegembiraan sampai sore, dan jika dibaca disore hari maka dapat gembira sampai pagi.
  3. Jika ada maksud kepada pembesar supaya berhasil, maka bacalah surah yaasiin dari rumah sebanyak 25 kali, maka insya Allah berhasil.
  4. Jika dibacakan untuk orang yang akan meninggal dunia, maka tidak akan dicabut nyawanya selagi ia belum didatangi malaikat Ridwan dengan maksud memberi kegembiraan kepada orang yang akan meninggal tersebut.
  5. Jika dibacakan pada mayat di dalam kubur maka diringankan siksanya.
  6. Jika ditulis dan dilebur air, lalu diminum, sama dengan meminum seribu obat.
  7. Khasiatnya lagi adalah dapat dipergunakan sebagai obat sakit panas, caranya dibaca sekali, setiap sampai pada lafadz “MUBIIN” dengan mengikat benang sekali sampai tujuh, kemudian diikatkan pada bahu kanannya orang yang sakit panas, maka insya Allah sehat kembali.

2.6 Fadhilah Surat Yaasiin (Yasin)
  • Dibacakan pada orang sakaratul maut maka akan memepermudah keluarnya ruh.
  • Membaca Surah Yasin = Membaca Alqur’an 10 kali.
  • Dapat memberi syafaat bagi pembacanya.
  • Dimudahkan hajatnya.
  • Meringankan siksa kubur.
  • Menolak kejahatan.
  • Di baca pada malam jum’at mendapatkan ampunan.
  • Jika belum menikah akan dapat jodoh.
  • Jika ketakutan, Allah akan menghilangkan rasa takutnya itu.
  • Jika dipenjara, Niscaya akan bebas.
  • Orang tersesat akan mendapat jalan lagi.
  • Orang haus akan hilang hausnya.
  • Orang sakit akan hilang sakitnya. [8]











BAB III
METODE PENELITIAN
3.1   Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu metode penelitian non hipotesis yang hanya menggambarkan suatu data yang diperoleh dari analisis data.
3.2  Data dan sumber data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah surah dalam al qur’an yaitu yasin. Dipilihnya yasin sebagai sumber data adalah surah ini merupakan surah dengan banyak faedah didalamnya. perlunya dilakukan analisis karena ingin mengetahui kedudukan lafadz-lafadznya sehingga bisa memahami makna dengan benar.
3.3    Teknik Pengumpulan Data

 Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai penokohan yaitu dengan melakukan penulisan pustaka (kepustakaan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1.          membaca al-quran surah yasin
2.          menganalisisnya
3.          mencari mubtada’ dan khobarnya

3.4    Teknik Analisis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan penokohan  yang dijadikan acuan penelitian meliputi.
1.      Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa surah yasin
2.      menganalisis atau mencari mubtada’ dan khobarnya
3.     Apabila hasil penelitian ini sudah akurat serta data yang dibutuhkan telah   lengkap maka penelitian ini telah dianggap berakhir.


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 hasil penelitian

خبر

مبتدأ
خبر جر مجرور
لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ
اعربه رفع, علامته ضمّة,
وَآيَةٌ
خبر جر مجرور
لَهُمُ اللَّيْلُ
اعربه رفع, علامته ضمّة,
وَآيَةٌ
خبر جملة
تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا
اعربه رفع, علامته ضمّة,
وَالشَّمْسُ
خبر جملة
قَدَّرْنَاهُ
اعربه رفع, علامته ضمّة,
وَالْقَمَرَ
خبر جملة
يَنْبَغِي لَهَا
اعربه رفع, علامته ضمّة,
لا الشَّمْسُ
خبر جملة
سَابِقُ النَّهَارِ
اعربه رفع, علامته ضمّة,
وَلا اللَّيْلُ

4.2 pembahasan
Dalam surah yasin ayat 30 – 40, telah dilakukan analisis bahwa mubtada’ dan khobar hanya terdapat pada ayat  33, 37, 38, 39,40. Dimana tabel disampingnya merupakan alasan kenapa dinamakan muntada’ dan kenapa dinamakan khobar, lafadz وَآيَةٌ merupakan mubtada’ tandanya dhomah, selain karena alasan kedudukannya sebagai mubtada’, lafadz itu juga merupakan ism mufrod, karena tanda ism mufrad adalah dhomah. Sedang i’robnya adalah rofa’, sedangkan khobarnya adalah lafadz  لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ yang merupakan khobar dengan bentuk jar majrur, karena didahului oleh hurf jar yaitu  لَ (bagi/untuk), sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam kajian pustaka. Begitu pun sama dengan penjelasan untuk mubtada’ dan khobar yang lain.















BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Dalam mempelajari bahasa arab, terlebih bahasan gramatika bahasa arab, mubtada’ dan khobar merupakan hal yang penting, karena setiap kalimat pasti memiliki subjek dan predikat agar diketahui pelaku perbuatan, dalam penelitian ini penulis telah menganalisis mibtada’ khobar dalam surah yasin ayat 30 – 40, dan setelah dilakukan analisis di ternyata ditemukan posisi mubtada’ dan khobar pada ayat 33, 37, 38, 39,40. Dengan alasan yang telah dijelaskan diatas.













DAFTAR PUSTAKA
Anwar, mochamad, 2012, Ilmu nahwu terjemahan matan al-Jurumiyah dan ‘imrithy berikut penjelasannya,Bandung;sinar baru algensindo



[1]K.H Moch Anwar, Ilmu nahwu terjemahan matan al-Jurumiyah dan ‘imrithy berikut penjelasannya,Bandung;2012, 85.
[2] Ibid.86
[3] K.H Moch Anwar, Ilmu nahwu terjemahan matan al-Jurumiyah dan ‘imrithy berikut penjelasannya,Bandung;2012,87-88..
[4] Ibid. 88
[5] Ibid. 88-89
[6] Ibid 89.
[7] Ibid 90
[8] http://www.blogkhususdoa.com/2015/04/fadhilah-dan-keutamaan-surat-yasin-lengkap.html