MAHASANTRI
KORBAN PERBUDAKAN TEKNOLOGI
Tantangan mahasantri
Bicara tentang
digital, memang tidak akan akan ada habisnya, digital adalah sesuatu yang asyik
untuk diperbincangkan, bagaimana tidak ? sadar atau tidak, kita telah
diperbudak oleh digital, hampir seluruh kehidupan kita, pasti selalu
berhubungan dengan digital.
Sebagai
mahasantri saya juga mendapatkan banyak manfaat dari maraknya teknologi di era
modern ini, saya sangat terbantu dalam mengerjakan tugas – tugas saya, terbantu
dalam mengupdate informasi terbaru bahkan terbantu ketika akan bepergian ke
suatu tempat. Ini semua tak lepas dari adanya digital saat ini. Disamping sisi
positif yang saya dapatkan, ternyata banyak juga sisi negatif yang saya
dapatkan, dan saya rasa dampak negatif itu juga yang dirasakan kita semua
sebagai pengguna kecanggighan digital. Apalagi seorang mahasantri, yang telah
mendapatakan keilmuwan lebih, yang berupa ilmu umum di perkuliahan juga ilmu
agama yang telah diajarkan di pesantren, seharusnya mahasantri memiliki tingkat
pemikiran yang lebih kritis terhadap perkembangan zaman ini dibandingkan dengan
mahasiswa lain yang notabene hanya mengikuti pembelajaran di kuliah secara
umum.tapi bagaimana yang terjadi dengan para mahasantri ? saya sebagai
mahasantri juga ikut perihatin dengan kenyataan yang terjadi era digital ini,
namun inilah yang menjadi tantangan bagi saya dan para pengguna digital lain.
Bagaimana kita bisa menjadi mahasiswa berhati pesantren namun berwawasan
digital. Ini pula yang sedang saya perjuangkan, berusaha membentengi diri saya
dan mampu memfilter apa pun dari dampak digital ini, melihat begitu
besar dampak digital yang benar – benar telah merubah pola hidup dan pemikiran
saya, dan saya rasa ini pula yang harus dilakukan para mahasiswa lain.
Berbicara pula
tentang mahasantri dan tantangannya, maka tak akan lepas dari pembahasan kampus
UIN Sunan Ampel surabaya yang telah mengalami konversi dari IAIN menjadi UIN,
ini tentunya akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi UIN di tengah – tengah cepatnya arus
perubahan zaman dan peradaban yang sedemikian rupa ini, dibutuhkan kerja yang
sangat berat dan berkesinambungan, hal ini karena tuntutan zaman selalu berubah
sejalan dengan perubahan peradaban manusia . setelah menjadi universitas islam
negeri maka integrasi ilmu agama dan ilmu umum menjadi hal yang penting dilakukan,
dan disinilah partisipasi mahasantri diperlukan, mahasantri diharapkan mampu memberikan sumbangsih lebih bagi universitas terlebih
universitas islam.
Korban perbudakan digital
Saya telah
merasakan sendiri, bagaimana digital itu mampu menguasai dan memperbudak saya,
betapa saya sangat bergantung dengan teknologi digital ini. Bahkan moment –
moment penting dalam hidup saya, terabaikan hanya karena sudah terhipnotis
dengan keindahan dan kecanggihan benda ini.
Digitallah yang
telah menguasai semua aspek kehidupan
kita, ya, semuanya, mulai dari pendidikan, perdagangan, transportasi bahkan
hingga keagamaan. Ini yang harus kita waspadai, sebagai mahasantri harusnya
kita mampu menjunjung tinggi nilai – nilai keislaman kita, jangan sampai kita
terlena dengan segala tipuan kehidupan digital. Sekarang banyak masyarakat yang
telah terpengaruh dengan sosmed yang merupakan salah satu dari bentuk
teknologi di era digital ini, kementerian komunikasi dan informatika
mengungkapkan sekitar 63 juta masyarakat indonesia menggunakan internet, dan
sebanyak 95 % penggunannya untuk sosial media yakni facebook dan twitter bahkan Indonesia menempati posisi keempat
pengguna facebook terbanyak setelah USA, Brazil, dan India. Sedangkan twitter
peringkat kelima setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris
(http:/m.republika.co.id/berita/trendtek/internet/13/10/30). Itu merupakan
gambaran tentang bagaimana minat masyarakat Indonesia terhadap hasil dari kecanggihan
teknologi kini. Apalagi seiring berjalannya waktu teknologi semakin menunjukan
eksitensinya dengan memberikan pembaruan dengan banyak perubahan – perubahan
canggihnya. Salah satunya adanya sistem android, yang sudah menyebarluas
pada setiap smartphone maupun gadget.
Dan alat komunikaasi ini sudah tak asing lagi ditelinga kita. Tak memandang
usia, dari anak SD sampai para ibu rumah tangga, hingga nenek – nenek sudah
mengenal alat komunikasi ini, apalagi dengan berbagai kecanggihan – kecanggihan
yang ditawarkan sehingga kita bisa mempermudah dalam melakukan komunikasi.
Saat saya pulang
ke rumah, maka saat itulah saya benar – benar memanfaatakn waktu bersama
keluarga sebaik – baik mungkin, saya usahakan agar bisa menghabiskan sepanajnag
hari bersama orang – orang tersayang di rumah. Namun,apa yang terjadi ? semua
yang saya rencanakan tidak bisa terlaksana.saya malah sibuk dengan smartphone
yang saya pegang, sibuk menjelajah dunia digital yang penuh dengan kecanggihan,
saat bapak saya memberi nasihat pada saya, benar saya menunduk dan mendengarkan, tapi apa yang saya lakukan,
lagi – lagi masih berkutat dengan smartphone. Saat membantu ibu di dapur, apa
yang saya pegang selain pisau dan sendok ?ya, lagi – lagi smartphone, saat saya
bertemu dengan teman – teman lama saya, benar kami duduk bersama dalam satu
tempat, hanya bebrapa menit kami bercerita dan tertawa ria, namun pada menit
berikutnya hingga jam beikutnya, saya dan teman – teman saya terdiam, apa yang
kami lakukan ? yaa,, sibuk dengan smartphone masing – masing. Lihat ! betapa
mudahnya teknologi mampu memperbudak pemakainya, sehingga telah menyita moment
– moment penting dalam hidup kita, apalagi moment bersam keluarga, lihat ! betapa
hampir seluruh dari hidup kita, habis untuk menyusuri kehidupan digital ini.
Saya sadar akan hal tersebut, tapi sayangnya terasa sulit untuk tidak berkutat
dengan itu semua.
Hal yang sama
juga terjadi saat saya berada di kampus, tak memandang waktu, tempat bahkan
kondisi, setiap mahasiswa termasuk diri saya sendiri pasti sibuk sendiri dengan
smarthphone masing – masing, hingga saat berada di kelas dan guru sedang
menjelaskan, dengan santainya para mahasiswa bermain dengan alat komunikasi era
digital ini.
Sebagai
mahasantri, saya juga mengalami hal yang sama saat berada di asrama, dimana
seluruh kegiatan di asrama tak lepas dari campur tangan teknologi digital yang
semakin marak ini. Yang menjadi perhatian lebih adalah ketika beribadah pun
masih saja berhubungan dengan alat digital ini, padahal saat beribadah adalah
saat – saat kita berada dekat dengan allah, kita mengadu dan memohon
kepada-NYA, tapi kita malah seakan tidak
memiliki sopan santun dan rasa tawadhu’ kepada Allah SWT. Bukan hanya dalam
sholat, bahkan dalam ibadah lain pun juga demikian, mengaji, berdzikir atau
bersholawat pasti selalu berhubungan dengan teknologi digital, dan ini
mengganggu kekhusyuan seseorang untuk bisa mendekatkan diri pada rab-Nya.
Kenyataan yang
terjadi ini menjadi cambuk bagi kita, khususnya para mahasantri, bagaimana
mahasantri dapat memberikan contoh yang baik bagi mahasiswa lain, ditengah
maraknya kecanggihan teknologi di era serba
digital ini. Seperti yang terdapat pada lirik lagu hymne UIN Sunan
Ampel“integrasi keilmuwan mengembangakan keislaman” itu yang dijadikan motto
mahasiswa uinsa terlebih para mahasantri di UIN Sunan Ampel yang seharusnya
mampu menyeimbangkan antara keilmuwan agama dan umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar